SURAT UNTUK IBU PERTIWI

Kepada yang Tercinta dan Terkasihani
Indonesiaku, Ibu Pertiwi
di Tanah Surga

Kepada ibuku, Indonesiaku.
Maaf telah menjadi sampah bagimu.
Di segala sudut tubuhmu, kami baringkan badan kami.
Pada dinding-dinding lusuhmu kami sandarkan kepala kami,
Dengan segala kepelikan hidup.
Di tanahmu, kami kuburkan anak-anak kami, orangtua kami, dan keluarga kami, ketika tak lagi bermanfaat bagimu

Pada pohon dan tanahmu kami bakar hebat–lahap tak tersisa,
Hanya untuk realisasikan impian kami menjadi gedung mewah pencakar langit
Dalam pelukanmu, kami curahkan nafsu manusia kami.
Di sisa harta yang kau milikki, kami gadaikankami jual untuk mempertinggi derajat kami

Kepada Indonesiaku, yang tulus dengan segala kerendahan hati menerima, dan membiarkan kami tumbuh
Maaf telah menyumbat jantungmu hingga kau tak dapat bernafas
Maaf telah menghancurkan otakmu, membuatmu tak dapat lagi berpikir jernih, dan kau menjadi setengah gila
Gila harta! Gila tahta, gila martabat! Gila pujian, dan segala kegilaan yang tak masuk akal lainnya 

Kami patahkan garis keturunanmu, dan kami ubah menjadi kaum tak tahu arah,
Tak tahu ibu pertiwinya, tak tahu oleh siapa dikandung.
Kami biarkan mereka menyusu pada hewan tak bermoral
Kami buang tongkat yang kau jadikan pegangan untuk tegak berdiri,
Hingga kau jatuh tersungkur

Tahu kau, Ibu?
Kami sihir kau jadi tempat sampah, menganga lebar menunggu sampah diguyurkan.
Kau lahap semuanya–apapun.
Plastik kotor, tanah berlumpur bercampur kotoran hewan, hingga bangkai-bangkai tikus berserakan,
Juga daging kotor busuk kau terima.

Kami tidurkan kau sepanjang mungkin bermanjakan musik dan suapan cepat saji, serta rangkaian mimpi indah yang membuat tidurmu makin pulas.
Lihatlah putra-putrimu ini ibu. Tapi maafkan kami, karena tak mampu melihatmu. Bukan karena kami angkuh.
Kami malu, sebab tak mampu mengubahmu menjadi ibu pertiwi kami.

Dunia kini menertawakan kita, Bu.
Ibuku adalah tempat sampah dan kamilah sampahnya.
Orang-orang disana memanggil kita “Keluarga sampah”

Ibu, jika di tahun ini kami belum mampu memperbaikki diri,
Tolong maafkan kami.
Jika di tahun yang akan datang kami masih menyiksamu,
Ajarkan kami kembali menjadi putra-putrimu yang baik seperti dulu,
Saat semua mengagungkan namamu.

Ceritai kami seperti apa nenek moyang kami dahulu
Ajarkan kami bagaimana harus hidup.
Bagaimana harus menghormati pemimpin kami, mengasihi rakyat kami Serta mencintai saudara-saudara kami.

Jika masih saja kami tak baik,
Doakan kami, agar Tuhan menjaga kami tetap pada jalan-NYA.
Jika masih saja kami buruk, hukum kami, Ibu.
Hukum kami seperti apa yang kau inginkan.
Dan jika saat itu masih saja kami sakiti engkau, kau boleh lenyapkan kami.
Agar punah sifat iblis kami dan diganti dengan putra-putri baru.
Lalu kau dapat lagi mendidiknya. Agar kau tak lagi disulitkan oleh kami.
Jadikan adik-adik kami, anak-anak kami, putra-putri yang patut kau banggakan

Entah seberapa panjang surat ini, jika kami tulis kata maaf pada tiap kesalahan kami. Untuk kesekian kalinya, maaf telah menjadi putra-putrimu yang berdosa.
                                                                                 Indonesia,
                                              Dari putra-putrimu yang penuh dosa.

         Tanah surga, 29 Oktober 2045

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutu Busuk

‘Mencuri’ (Pesan) Raden Saleh Bersama Komplotan MRS

MANGKUJIWO: Suguhkan Thriller-Gore-Horror yang Nikmat