NKCTHI, Sebuah Refleksi Bagi Keluarga untuk Saling Mengerti


Sudah sejak lama saya menantikan film yang telah digembar gemborkan sejak akhir 2019 lalu. Sebuah film yang menghangatkan dan menyadarkan tentang peran keluarga dalam kehidupan setiap orang. Ya, apa lagi kalau bukan film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”, sebuah film karya sutradara dengan ciri khas memberikan rasa kekeluargaan dalam setiap film-film yang dinahkodai. Angga Dwimas Sasongko. Sutradara muda yang telah banyak menelurkan film-film menakjubkan dengan memberikan rasa pada kalimat yang muncul dari dialog tokoh. Ya,  meskipun memakai kalimat sederhana tetapi memiliki kekuatan rasa dan menghipnotis penonton.

Menempatkan Rio Dewanto sebagai Angkasa, Sheila Daisha sebagai Aurora, dan Rachel Amanda sebagai Awan, Angga meracik aktornya dengan amat baik. Rio Dewanto mampu memerankan sosok anak sulung yang menjaga adik-adiknya tetapi memiliki beban yang besar sejak kecil tetap mampu ditahan berkat kesabarannya. Rio memiliki postur dan tampilan brewok tipisnya yang pas sebagai seorang kakak yang tegas dan dewasa, dengan tatapan mata teduh yang membuatnya tampak teguh sekaligus sabar.
Sheila Daisha, memerankan Aurora si anak tengah dengan sejuta luka dan pikiran yang tak pernah bisa ia ungkapkan. Si pemendam rasa paling hebat, dari luar tampak baik-baik saja tetapi hatinya penuh luka. Sheila mampu memerankan kepelikan rasa yang dirasakan si anak tengah. Ekspresi, gestur, bahkan sorot mata dan energi Aurora yang pas mampu ia kirimkan ke penonton.

Sementara Rachel Amanda memerankan anak bungsu, Awan yang menjadi titik tuju semua orang dalam keluarga. Anak bungsu yang dimanja sejak kecil bahkan tak pernah merasakan bagaimana rasanya memilih. Ia menyampaikan energi Awan dengan baik. Tak kurang, tak lebih.

Selain dari tiga tokoh utama di atas, semua tokoh yang muncul diperankan dengan apik oleh aktor-aktor yang sudah diyakini Angga mampu membawakan peran sesuai porsi. Tokoh Kale mungkin menjadi tokoh yang diidam-idamkan perempuan sebagai sosok teman dekat atau pacar. Sosoknya yang mudah bergaul, tenang, santai, dan menyenangkan itu mampu membawa Awan menyadari kehidupannya sebagai si anak bungsu, bahkan mampu membuat Awan bahagia dan melupakan masalahnya. “Bahagia itu tanggung jawab masing-masing orang” begitu kalimat Kale yang membuatnya tak ingin menjawab pertanyaan Awan yang menuju pada keinginan menjalin hubungan sebagai kekasih dengannya.

Sementara sosok orangtua yang tak ingin anak-anaknya mengetahui rahasia yang nantinya akan membuat sedih seluruh keluarga, benar-benar membuat penonton tak bisa menyalahkan sikap orangtua macam ini, meskipun menjadi awal dari masalah-masalah yang timbul dan membentuk pribadi tiga saudara dengan berbagai macam rupa.
Sang ayah sebagai nahkoda keluarga yang membuat didikan hingga akhirnya menjadi alas an dalam konflik keluarga, juga sosok ibu yang makin lama makin pasif terhantam peraturan sang ayah dengan dalih kebahagiaan keluarga. Tentu saja sikap dan didikan orangtua tak muncul tiba-tiba. Ada trauma yang harus diobati bukan dijauhi dan akhirnya menjadi boomerang bagi keluarga. Ada rasa sayang yang lupa tak diucapkan dan memunculkan rasa canggung serta makin menjauhkan. Tinggal bersama bukan berarti dekat. Hal itu yang dikirimkan oleh Aurora sebagai anak tengah yang hanya menyimpan lukanya sendiri.
“Takut kehilangan? Sejak dulu kalian sudah kehilangan aku,” setidaknya begitu dialog Aurora ketika keluarganya justru menjadi orang yang paling bertanggungjawab dalam menghancurkan pameran seninya yang telah diimpikan Aurora.

Secara keseluruhan, alur dari NKCTHI ini menggunakan alur campuran dengan memberikan alur flash back yang tiba-tiba tetapi tidak membuat penonton bingung. Perubahan angle kamera yang tepat juga menyenangkan untuk dinikmati. Angga memberikan nuansa komedi yang sedikit berbeda saat adegan teman Awan yang menceritakan ucapan atasannya dengan suaranya asil tetapi menunjukan adegan percakapan atasannya sehingga menciptakan kesan lucu yang pas.

Ada adegan paling menohok yang menjadi grand konflik yang epic. Adegan saat semua mengutarakan perasaannya kepada sang ayah sebagai pemberi segala aturan dalam keluarga itu. Angkasa dengan suara bergetar dan bentakan kepada ayahnya juga tangisan yang tak mampu dibendung benar-benar membuat penonton ikut merasakan kepedihan yang dirasakan Angkasa. Sedangkan Aurora masih dengan ciri khas tenang tapi memiliki kalimat menohok juga memberikan kesan kuat sekaligus cerdas dan dewasa sebagai anak tengah, juga Awan yang mencoba menjadi penengah saat semua orang merasa jatuh tanpa arah.

Adegan ini menjadi kunci sekaligus kejutan dalam film yang telah diatur oleh Angga dan tim menjadi plot yang rapid an menyenangkan.

Barangkali film ini akan menjadi biasa saja ketika kita tak benar-benar memahami setiap karakter atau kita melupakan kehidupan kita sebagai orang yang mempunyai keluarga, atau juga ketika keluarga kita sedang baik-baik saja. Tetapi jika keluarga tak sedang baik-baik saja, ini menjadi film yang menggugah kita untuk tak canggung mengutarakan rasa sayang kepada seluruh keluarga, mengutarakan pikiran dan masalah sehingga dapat dipecahkan bersama, serta memberikan kehangatan bagi sesama sebagai keluarga. Kalian yang sedang merasa keluarga tak menjadi rumah ternyaman, mulailah hilangkan kecanggungan. Tidak apa-apa jika harus bersedih atau terlihat sedih di depan keluarga, setidaknya keluargamua akan menjadi tempat yang tepat menyembuhkan kesedihanmu. 
Pada akhirnya, film ini memberikan kesan biasa saja tentang kehidupan manusia dan keluarganya. Tetapi dari itu semua saya sadar bahwa setiap keluarga punya cerita.
Akhir kata tabik untuk seluruh cast dan crew. Saya Team Aurora, meskipun saya si anak sulung dalam keluarga. 

8,7/10 untuk film keluarga yang luar biasa ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kutu Busuk

‘Mencuri’ (Pesan) Raden Saleh Bersama Komplotan MRS

MANGKUJIWO: Suguhkan Thriller-Gore-Horror yang Nikmat